Translate

Sabtu, 12 Oktober 2013

PKS TV

Masih Haruskah Berpacaran??

Add caption

  • Allah memberikan rizki sesuai dengan kebutuhan hambaNya dan di waktu yang menurut Allah terbaik untuk kita mendapatkannya. Jodoh adalah salah satu rizki yang Allah persiapkan untuk kita.
  • Allah akan memberikan jodoh pada kita di saat yang tepat. Bukan sesuai dengan keinginan kita. Seringnya kita menginginkan sesuatu hanya berdasarkan pada keinginan bukan pada kebutuhan. Allah Maha Tahu, kapan kita akan siap untuk menerima sebuah tanggung jawab besar untuk membentuk suatu peradaban kecil yang di mulai dari sebuah keluarga.
  • Karena menikah bukan hanya penyatuan dua insan berbeda dalam satu bahtera tanpa visi dan tujuan yang pasti, berlayar tanpa arah atau berlayar hanya menuju samudera duniawi. Menikah adalah penggenapan setengah agama karena menikah adalah sarana ibadah kepada Allah. Dalam tiap perbuatan di dalam rumah tangga dengan berdasarkan keikhlasan dan ketaqwaan maka ganjarannya adalah pahala. Tapi jika menikah hanya berdasarkan nafsu atau bahkan mengikuti perputaran kehidupan dunia, maka hasilnya pun akan sesuai dengan yang di niatkan.
  • Karena menikah adalah ibadah. Menikah adalah sunnah di anjurkan Rasulullah. Menimbun pahala yang terserak di dalam rumah tangga. Dan semua manusia yang normal pasti akan mendambakan suatu pernikahan. Merasakan suatu episode hidup dimana kita akan memulai segala sesuatu yang baru. Yang dahulu kita berperan sebagai seorang anak dengan berbagai kebahagiaan bermandikan kasih sayang orang tua. Maka menikah adalah suatu gerbang menuju pembelajaran menjadi orang tua kelak. Kita bukan lagi sebagai penumpang di mana mengikuti arah kehidupan yang di tentukan orang tua, melainkan kita akan menjadi driver untuk kehidupan kita sendiri kelak. Kita bisa saja mengikuti jalur yang telah di lewati orang tua, jika memang itu jalur yang tepat. Tapi jika jalur itu tak sesuai dengan arah tujuan kehidupan rumah tangga kita yaitu jalur keridhaan Allah, maka kita pun harus mencari jalur yang tepat.
  • Karena menikah itu adalah satu kebaikan maka seharusnya harus di mulai dengan yang baik pula. Misalnya, ketika kita ingin lulus ujian, maka kita harus belajar yang giat bukan bermalas-malasan.
  • Ayat Allah masih jelas tertera dalam kitabNya, bahwa pria yang baik akan mendapatkan wanita yang baik pula dan sebaliknya. Dan ayat itu masih sama dengan pada saat Allah turunkan beribu tahun yang lalu. Janji Allah pun tergambar melalui ayat itu dan Allah Maha Menepati janji. Lalu mengapa kita masih meragukan janji Allah itu??
  • Masih haruskah berpacaran??
  • Mengenal lawan jenis dengan dalih untuk mengenal pribadi masing-masing. Padahal kenyataannya, hanya sedikit kejujuran yang di tampakkan pada saat pacaran. Rasa takut yang besar untuk di tinggal pasangannya atau hendak mengambil hati pasangannya membuat mereka menyembunyikan keburukan yang terdapat dalam dirinya. Sudah menjadi rahasia umum, jika usia pacaran yang lama tak menjamin bahwa itu menjadi suatu jalan untuk memuluskan hubungan menuju jenjang pernikahan. Sudah tak menjamin adanya pernikahan setelah sekian lama menjalin masa pacaran, juga banyak di bumbui pelanggaran terhadap rambu-rambu Allah. Maksiat yang terasa nikmat.
  • Zaman sekarang, berpacaran sudah selayaknya menjadi pasangan suami istri. Si pria seolah menjadi hak milik wanita dan si wanita kepunyaan pribadi si pria. Mereka pun bebas melakukan apapun sesuai keinginan mereka. Yang terparah adalah sudah hilangnya rasa malu ketika melakukan hubungan suami istri dengan sang pacar yang notabene bukan mahram. Padahal pengesahan hubungan berpacaran hanya berupa ucapan yang biasa di sebut “nembak”, misalnya “I Love You, maukah kau menjadi pacarku?” dan di terima dengan ucapan “I Love You too, aku mau jadi pacarmu”. Atau sejenisnya. Hanya itu. Tanpa adanya perjanjian yang kuat (mitsaqan ghaliza) antara seorang hamba dengan Sang Pencipta. Tanpa adanya akad yang menghalalkan hubungan tersebut. Hubungan pacaran tak ada pertanggungjawaban kecuali pelanggaran terhadap aturan Allah. Karena tak ada yang namanya pacaran islami, pacaran sehat atau apalah namanya untuk melegalkan hubungan tersebut.
  • Kita berlelah melakukan hubungan pacaran. Melakukan apapun guna menyenangkan hati sang kekasih (yang belum halal) meskipun hati kita menolak. Jungkir balik kita mempermainkan hati. Hingga suka dan sedih karena cinta, cinta terlarang. Hati dan otak di penuhi hanya dengan masalah cinta. Kita menangis karena cinta, kita tertawa karena cinta, kita meraung-meraung di tinggal cinta, kita pun mengemis cinta. Hingga tak ada tempat untuk otak memikirkan hal positif lainnya. Tapi sayang, itu hanya cinta semu. Sesuatu yang semu adalah kesia-siaan. Kita berkorban mengatasnamakan cinta semu. Seorang pacar, hebatnya bisa menggantikan prioritas seorang anak untuk menghormati orangtua. Tak sedikit yang lebih senang berdua-duaan dengan sang pacar di banding menemani orangtua. Pacar bisa jadi lebih tau sedang dimana seorang anak di banding orang tuanya sendiri. Seseorang akan rela menyenangkan hati pacarnya untuk di belikan sesuatu yang di suka di bandingkan memberikan kejutan untuk seorang ibu yang melahirkannya. Seseorang akan lebih menurut pada perintah sang pacar di banding orang tuanya. Hubungan yang baru terjalin bisa menggantikan hubungan lahiriah dan batiniyah seorang anak dengan orangtua.
  • Jika pun akhirnya menikah, maka tak ada lagi sesuatu yang spesial untuk di persembahkan pada pasangannya. Sebuah rasa yang seharusnya di peruntukan untuk pasangannya karena telah di umbar sebelumnya, maka akan menjadi hal yang biasa. Tak ada lagi rasa “greget”, karena masing-masing telah mendapatkan apa yang di inginkan pada masa berpacaran. Bisa jadi, akibat mendapatkan sesuatu belum pada waktunya maka ikrar suci pernikahan bukan menjadi sesuatu yang sakral dan mudah di permainkan. Na’udzubillah.
  • Parahnya jika tiba-tiba hubungan pacaran itu kandas, hanya dengan sebuah kata “PUTUS” maka kebanyakan akan menjadi sebuah permusuhan. Apalagi jika di sebabkan hal yang kurang baik misalnya perselingkuhan. Kembali hati yang menanggung akibatnya. Kesedihan yang berlebihan hingga beberapa lama. Hati yang terlanjur memendam benci. Tak sedikit yang teramat merasakan patah hati dikarenakan cinta berlebihan menyebabkannya sakit secara fisik dan psikis. Juga ada beberapa kasus bunuh diri karena tak kuat menahan kesedihan akibat patah hati.
  • Terdengar berlebihan. Tapi itulah kenyataannya, hati adalah suatu organ yang sensitif. Bisa naik secara drastis, tak jarang bisa jatuh langsung menghantam ke bumi. Apa yang di rasakan hati akan terlihat pada sikap dan perilaku. Hati yang terpenuhi nafsu akan enggan menerima hal baik. Ada orang bilang, jangan pernah bermain dengan hati. Karena dari mata turun ke hati, kemudian tak akan turun kembali. Akan ada sebuah rasa akan mengendap di dalam hati. Jika rasa itu baik dan di tujukan pada seseorang yang halal (suami atau istri) maka kebaikan akan terpancar secara lahiriah. Bukan sebuah melankolisme yang kini merajalela.
  • Banyak pelajaran dari sekitar. Kenapa masih harus berpacaran??
  • Karena ingin ada teman yang selalu setia mendengar tiap keluh kesah?? Tak selamanya manusia bisa dengan rela mendengarkan keluhan manusia lainnya. Hanya Allah yang tak pernah berpaling untuk hambaNya. Bisa jadi secara fisik sang pacar rela mendengar dengan seksama, tapi dia juga manusia yang akan merasa bosan jika selalu di cecoki dengan berbagai keluhan.
  • Malu di bilang jomblo??
  • Jika dengan jomblo kita bisa terbebas dari rasa yang terlarang, kenapa harus malu?? justru kita akan merasa nyaman bercengkerama dengan Allah karena sadar hati kita hanya patut di tujukan kepadaNya bukan yang lain. Justru kita harus bangga, di saat yang lain berlomba untuk melakukan hal terlarang tapi kita menjauhinya. Kemudian tak akan ada perasaan was was karena telah melanggar aturan Allah. Kita bebas berkumpul dengan kawan-kawan tanpa ada kekangan dari orang yang sesungguhnya tak memiliki kewenangan terhadap diri kita.
  • Mungkin masih banyak lagi kesia-siaan dalam berpacaran. Dan sesungguhnya belum tentu sang pacar akan menjadi pasangan kita kelak.
  • Pacaran ibarat minuman beralkohol, banyak yang mengelak bahwa dengan berpacaran mereka memiliki semangat baru dan sederet hal positif yang mereka kumandangkan. Tapi sama halnya dengan alkohol, maka manfaat yang di dapat jauh lebih kecil di banding kemudharatan yang di hasilkan. Karena segala sesuatu yang di larang Allah, pasti ada sebab dan manfaatnya.
  • Kemudian ada yang berdalih, toh pacaran itu tidak merugikan orang lain. Tidak merugikan orang lain, namun hukum Allah jauh lebih baik untuk di ikuti ketimbang menurutkan hawa nafsu yang berakhir pada jurang kebinasaan.
  • Kembali ke pernikahan, suatu kebaikan maka tak pantas jika di awali dengan keburukan. Allah tak akan ingkar janji, karena jodoh telah Allah tetapkan di Lauh Mahfuzh. Tinggal kita melakukan usaha yang baik, yang Allah ridhai. Supaya tiap langkah kita, hanya berisi keridhaan Allah dan mendapat keberkahanNya. Aamiin.

  • (hanya sebuah catatan hati guna pengingat diri dan saudara seimanku)

  • Allahua’lam




Rabu, 09 Oktober 2013

Desna_Blog: Mengapa Kita Mengeluh???

Desna_Blog: Mengapa Kita Mengeluh???: Duhai Alloh SWT yang Maha Kuasa atas segala sesuatu Sesungguhnya kami ini hanyalah manusia-manusia yang tak pernah puas dalam menggapai...

Jumat, 04 Oktober 2013

Untukmu yang Masih Sendiri ( Risalah Cinta untuk Kaum Wanita )











Jodoh memang misteri. Tak seorang pun mengetahui dengan siapa dia akan menikah. Dan, tak seorang pun mengetahui pada umur berapa dia akan menaiki bahtera rumah tangga. Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tahu pastinya.
Terkadang ada seorang wanita yang masih beliau, namun sudah dipersunting oleh seorang pemuda. Sebaliknya, ada wanita yang sudah berusia kepala 3, namun belum juga mengarungi “samudera”.
Di senja hari yang merona jingga ini, izinkanlah penaku yang teramat sederhana untuk menorehkan beberapa patah kata yang tak seberapa indah. Mudah-mudahan bisa menjadi hiburan dan bahan inspirasi untuk para wanita Muslimah yang saat ini masih sendiri dan sedang menunggu kedatangan sang kumbang yang shalih untuk mengajaknya terbang bersama menuju taman-taman Surgawi.

>>> Persiapkan Dirimu!

Ukhti Muslimah…
Engkau tentu sangat menginginkan seorang laki-laki shalih yang akan menemani hidupmu di dunia ini. Namun, sudah tahukah engkau bagaimana cara mendapatkan laki-laki shalih itu? Marilah sejenak menyimak firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini:
“Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (QS An Nur:26)
Ya, inilah caranya. Perbaiki dulu dirimu. Jadikan dulu dirimu wanita yang baik dan shalihah. Insya Allah, jika masanya tiba, laki-laki shalih itu akan datang meminangmu. Yakinlah itu!
Ukhti…
Mulai sekarang, persiapkan dirimu. Cari bekal sebanyak-banyaknya. Banyak-banyaklah belajar dan beramal shalih. Tingkatkan iman dan ketakwaanmu. Bersemangatlah menghadiri majelis-majelis ilmu. Jangan pernah bosan dan jemu.
Teruslah memperbaiki diri. Jaga kesucianmu. Berkumpullah bersama para wanita yang baik-baik. Cocokkan akhlak dan kepribadianmu dengan para Shahabiyat (Sahabat Nabi yang wanita).
Banyak-banyaklah berkonsultasi kepada mereka yang sudah berkeluarga. Ambil pelajaran sebanyak-banyaknya dari kehidupan keluarga mereka. Semoga Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa membimbingmu dan memberi kekuatan kepadamu untuk senantiasa berubah kearah yang lebih baik dari hari ke hari.

>>> Bersabarlah!

Ukhti Muslimah…
Engkau tentu tahu betul bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan selalu bersama orang-orang yang sabar. Allah akan selalu menolong dan memenangkan orang-orang yang senantiasa bersabar.
“Wahai orang-orang yang beriman, minta tolonglah kepada Allah dengan SABAR dan shalat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. “ (QS. Al-Baqarah: 153)
Maka, dalam urusan jodoh ini, gunakan saja senjata kesabaran untuk meraih apa yang engkau inginkan. Insya Allah engkau akan bahagia pada akhirnya meskipun awalnya akan terasa berat menjalaninya.
Ada sebuah kisah menarik. Kisah ini sudah lama sekali aku dengar. Kalau tidak salah 11 tahun yang lalu. Kisahnya tentang dua orang akhwat yang sedang menunggu kehadiran seorang ikhwan untuk mempersuntingnya. Mereka berdua sama-sama rajin mengikuti pengajian. Sehari-harinya mereka berpakaian Muslimah lengkap. Kalau tidak salah ingat, mereka berdua mengenakan cadar.
Hari berganti hari, minggu, bulan, dan tahun pun berganti tetap belum ada seorang ikhwan yang menghampiri. Sehingga salah seorang dari mereka tidak sabar lagi. Dia pun menjadi futur. Jilbab syar’inya dia tanggalkan. Adapun yang satunya lagi tetap istiqomah dalam kesabarannya.
TAk berapa lama, datanglah seorang ikhwan melamar akhwat yang istiqomah itu. Menikahlah mereka. Adapun akhwat yang satunya lagi, hingga kisah itu aku dengar, dia belum mendapatkan jodoh juga.
Demikianlah….Kesabaran akan berbuah manis pada waktunya….
Jadi, bersabarlah wahai ukhti Muslimah……Perbaikilah dirimu….Insya Alloh, janji Alloh akan segera datang…..Sesungguhnya Alloh tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang mau untuk bersabar….
Allah berfirman:  “Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah : 155).

>>> Mintalah Hanya Kepada-Nya!

Ukhti Muslimah…
Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala sajalah yang bisa memberikan seorang pemuda shalih kepadamu. Oleh karena itu, jika memang engkau ingin mendapatkan pendamping hidup yang shalih, maka mintalah hanya kepada Allah, bukan kepada selain-Nya.
Ukhti….
Mari sejenak kita dengarkan nasihat dari seorang ulama besar abad ini. Semoga engkau semakin menyadari akan pentingnya doa dalam hidup ini.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah ditanya tentang nasib wanita yang belum dapat jodoh, beliau berkata, “Nasihat saya untuk yang terlambat menikah, hendaknya selalu berdo’a kepada Allah ‘azza wa jalla dengan penuh harapan dan keikhlasan, dan mempersiapkan diri untuk siap menerima lelaki yang shalih. Apabila seseorang jujur dan sungguh-sungguh dalam do’anya, disertai dengan adab do’a dan meninggalkan semua penghalang do’a, maka do’a tersebut akan dikabulkan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Dan baca firman Allah ‘Azza wa Jalla di dalam Surat Al-Mukmin [40]: 60. Dalam ayat tersebut Allah ‘Azza wa Jalla menggantungkan terkabulnya do’a hamba-Nya setelah dia memenuhi panggilan dan perintah-Nya. Saya melihat, tidak ada sesuatu yang lebih baik kecuali berdo’a dan memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla serta menunggu pertolongan dari-Nya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Ketahuilah, sesungguhnya pertolongan diperoleh bersama kesabaran dan kemudahan selalu disertai kesulitan dan bersama kesulitan ada kemudahan”.
Saya memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla untuk kalian dan yang lainnya agar dimudahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam segala urusannya dan semoga segera mempertemukan kalian dengan laki-laki yang shalih yang hanya menikah untuk kebaikan dunia dan akhirat.” (Fatwa Mar’ah hlm. 58 (disalin dari kitab Al-Fatawa Al-Jami’ah lil Mar’atil Muslimah, edisi Indonesia: Fatwa-Fatwa Tentang Wanita-2, hlm. 130-132, Darul Haq dalam Majalah Al Furqon, Edisi 5 Tahun Kesebelas, Dzulhijjah 1432 H, hlm. 10)

>>> Jika Memang Telah Siap

Ukhti Muslimah…
Jika engkau memang merasa telah siap untuk mengarungi samudera; jika engkau memang telah yakin bahwa bekalmu sudah cukup untuk menaiki bahtera, maka mintalah bantuan orang tuamu atau saudaramu yang terpercaya untuk mencarikan seorang pemuda shalih sebagai pendampingmu. Sampaikan saja ciri-ciri pemuda shalih yang engkau inginkan kepada mereka. Semoga mimpi-mimpimu selama ini segera menjadi nyata.
Ukhti Muslimah….
Jika engkau tidak keberatan, aku ingin memberikan sedikit masukan dalam menentukan kriteria pemuda yang shalih. Mudah-mudahan bisa dijadilan bekal oleh mereka-mereka yang akan mencarikan pemuda shalih untukmu.
Dalam hadits yang diriwayatka oleh Imam al-Bukahri dan Muslim, dari  Abu Hurairah radhiallahu anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:  “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya……(diantaraya):  ……  Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid….. (HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712)

Ini dia! Ini dia ciri laki-laki shalih yang layak untuk engkau jadikan sebagai pendamping hidup. Yaitu, laki-laki yang hatinya terpaut di masjid. Laki-laki yang selalu rindu untuk melangkahkan kakinya ke masjid.

Sungguh Allah Ta’ala telah memuji semua orang yang memakmurkan masjid secara umum di dalam firman-Nya:
“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.”(QS. An-Nur: 36-38)
Maka, mintalah orang tuamu (atau siapa saja yang engkau percayakan kepada mereka untuk mencarikan jodoh untukmu) untuk mencari jodohmu di Masjid. Carilah pemuda yang hatinya terpaut di Masjid. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjamin bahwa pemuda itu adalah pemuda shalih yang berhak untuk mendapat naungan-Nya kelak di hari kiamat.
Aku pernah mendapat cerita dari seorang kawan, bahwa ada seorang ulama yang menjodohkan putrinya kepada seorang pemuda. Tapi ulama itu memberi syarat agar pemuda itu mau shalat berjama’ah di Masjid selama 40 hari tak putus-putus. SEtiap adzan berkumandang, dia harus segera melangkahkan kaki ke masjid dan berada di shaf terdepan. Sepertinya ulama ini, dalam menarikan jodoh untuk putrinya, berpedoman pada hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
Barangsiapa mengerjakan shalat secara ikhlas karena Allah selama empat puluh hari dengan berjamaah dan dengan mendapatkan takbiratul ihram maka dicatat untuknya dua kebebasan, yaitu bebas dari neraka dan bebas dari kemunafikan.”( HR. Tirmidzi no. 241, dari Anas bin Malik. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.)
Mengenai hadits ini, Ath Thibi menjelaskan, “Di dunia Allah akan menyelamatkannya dari beramal sebagaimana amal orang munafik dan Allah akan beri taufik padanya untuk beramal sebagaimana amal orang yang ikhlas. Sedangkan di akherat nanti Allah akan menyelamatkannya dari berbagai amal yang menyebabkan orang munafik disiksa dan Allah akan bersaksi bahwa dia bukanlah seorang munafik. Artinya sesungguhnya orang-orang munafik jika hendak mengerjakan shalat mereka berdiri dengan malas sedangkan keadaan orang tersebut jelas sangat berbeda.”( Tuhfatul Ahwadzi 1/274, Mawqi’ Al Islam) [Sumber: http://rumaysho.com/hukum-islam/shalat/2773-meninjau-shalat-arbain-di-masjid-nabawi.html].
Demikian saja beberapa patah kata yang bisa diukir oleh penaku dalam lembaran nasihat ini. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi obat bagi hati-hati yang sedang gundah.
Terakhir, aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar semua kaum Muslimin bisa mendapatkan pasangan yang shalih dan shalihah. Sehingga diharapkan dari mereka kelak akan muncul generasi-generasi terbaik ummat yang akan menegakkan panji-panji tauhid di atas permukaan bumi ini. Amiin.
Wallohu a’lam.

Bogor, 23 November 2011
Menjelang Subuh, 03:52
Muhammad Mujianto Abdul Jabbar al-Batawie